Salam alaikom walaikom teungku meutuah
Katrok neulangkah neulangkah neuwo bak kamoe
Amanah nabi...ya nabi hana meu ubah-meu ubah
Syuruga indah...ya Allah pahala prang sabi....
Ureueng syahid la syahid bek ta kheun matee
Beuthat beutan lee...ya Allah nyawoung lam badan
Ban saree keunoeng la keunoeng seunjata kafee la kafee
Keunan meujak lee...ya Allah peumuda seudang...
Djimat kipah la kipah saboh bak jaroe
Jipreh judo woe ya Allah dalam prang sabi
Gugor disinan-disinan neuba u dalam-u dalam
Neupuduk sajan ya Allah ateuh kurusi...
Ija puteh la puteh geusampoh darah
Ija mirah...ya Allah geusampoh gaki
Rupa geuh puteh la puteh sang sang buleuen trang di awan
Watee tapandang...ya Allah seunang lam hate...
Darah nyang ha-nyi nyang ha-nyi gadoh di badan
Geuganto le Tuhan...ya Allah deungan kasturi
Di kamoe Aceh la Aceh darah peujuang-peujuang
Neubi beu manyang...ya Allah Aceh mulia...
Subhanallah wahdahu wabi hamdihi
Khalikul badri wa laili adza wa jalla
Ulon peujoe Poe sidroe Poe syukoe keu rabbi ya aini
Keu kamoe neubri beu suci Aceh mulia...
Tajak prang meusoh beureuntoh dum sitre nabi
Yang meu ungkhi ke rabbi keu poe nyang esa
Soe nyang hantem prang chit malang ceulaka tubuh rugoe roh
Syuruga tan roeh rugoe roh bala neuraka...
Soe-soe nyang tem prang cit meunang meutuwah teuboh
Syuruga that roeh nyang leusoeh neubri keugata
Lindong gata sigala nyang muhajidin mursalin
Jeut-jeut mukim ikeulim Aceh mulia...
Nyang meubahagia seujahtera syahid dalam prang
Allah pulang dendayang budiadari
hoe kasiwa-sirawa syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamong syuruga tinggi...
Budiyadari meuriti di dong dji pandang
Di eu cut abang jak meucang dalam prang sabi
Oh ka judo teungku ee syahid dalam prang dan seunang
Dji peurap rijang peutamong syuruga tinggi...
Begitulah hikayat itu didengungkan, Hikayat ini adalah salah satu inspirator besar penentuan perjuangan rakyat Aceh. Sedari dulu bangsa Aceh sudah sangat akrab dengan syair-syair perjuangan Islam, sajak-sajak akan sebuah hakikat keadilan berisi dengan puji-pujian kepada Allah Rabb Semesta Alam.
Hikayat Prang Sabi diciptakan atau dikarang oleh Tgk Chik Muhammad Pante Kulu yang merupakan sebuah syair kepahlawanan yang membentuk suatu irama dan nada heroik yang mampu membangkitkan semangat para pejuang Aceh ratusan tahun lamanya, dari zaman kolonial portugis hingga zaman penjajahan Belanda, dan setelahnya.
Hikayat ini selalu diperdengarkan ke setiap telinga anak-anak aceh, laki-laki, perempuan, tua muda, besar kecil dari zaman ke zaman dalam sejarah Aceh sepanjang abad.
Pengaruh hikayat perang sabil mampu membangkitkan semangat jihad siapa saja yang membaca ataupun mendengarnya untuk terjun ke medan perang. Sehingga Zentgraff dalam bukunya berjudul “ATJEH” (1983) menulis banyak pemuda yang memantapkan langkahnya ke medan perang karena pengaruh hikayat Perang Sabil.
Menurut Zentgraf, hikayat perang sabil karangan ulama Pante Kulu telah menjadi momok yang sangat ditakuti oleh Belanda, sehingga siapa saja yang diketahui menyimpan-apalagi membaca hikayat perang sabil itu mereka akan mendapatkan hukuman dari pemerintah Hindia Belanda dengan membuangnya ke Papua atau Nusa Kambangan.
Sarjana Belanda ini menyimpulkan, bahwa belum pernah ada karya sastra di dunia yang mampu membakar emosional manusia untuk rela berperang dan siap mati, kecuali hikayat Perang Sabi. Kalau pun ada karya sastrawan Perancis La Marseillaise dalam masa Revolusi Perancis, dan karya Common Sense dalam masa perang kemerdekaan Amerika, namun kedua karya sastra itu tidak sebesar pengaruh hikayat perang sabil yang dikarang Tgk. Chik Muhammad Pante Kulu.
Belajar dari sejarah, maka Aceh-lah negeri yang ditakuti oleh Portugis dan sulit untuk ditaklukkan oleh Belanda sejak tahun 1873 serta Jepang. Beribu macam taktik perang yang digunakan oleh para penjajah tetapi tidak dapat menguasai Aceh yang unggul dengan taktik perang gerilyanya. Sejarah mencatat bahwa perang kolonial di Aceh adalah yang paling alot, paling lama, dan paling banyak memakan biaya perang dan korban jiwa penjajah.
Itu sebabnya, sejarawan Indonesia Ali Hasjmy menilai bahwa hikayat perang sabil yang ditulis Tgk. Chik Pante Kulu telah berhasil menjadi salah satu karya sastra puisi terbesar di dunia. Menurut Hasjmy, pengaruh syair hikayat perang sabil sama halnya dengan pengaruh syair-syair perang yang ditulis oleh Hasan bin Sabit dalam mengobarkan semangat jihad umat Islam di zaman Rasulullah.
Atau hikayat Perang Sabil dapat disamakan dengan illias dan Odyssea dalam kesusastraan epos karya pujangga Homerus di zaman “Epic Era” Yunany sekitar tahun 700-900 sebelum Mesehi.
Mengapa hikayat perang sabil begitu berpengaruh dalam membangkitkan semangat jihat perang orang Aceh melawan Belanda. Menurut tela'ahan, hikayat perang sabil yang ditulis Chik Pente Kulu ini terdiri dari empat bagian (cerita).
Pertama, mengisahkan tentang Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang syahid yang berperang di jalan Allah. Kedua, mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabil.
Ketiga, mengisahkan tentang Said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, menceritakan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihat di medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda.
Source: Maruah Raja